Mekanisme pernapasan yaitu dengan penghirupan (inhalasi) dan penghembusan (ekshalasi) udara secara bergantian. Ventilasi mempertahankan konsentrasi oksigen maksimum dan konsentrasi karbondioksida minimum di dalam alveoli. (Campbell, 2004: 63)
Volume paru-paru meningkat sebagai akibat kontraksi otot rusuk dan diafragma, lapisan otot rangka yang membentuk dinding dasar pada rongga dada. Kontraksi otot rusuk membesarkan sangkar tulang rusuk dengan cara menarik tulang rusuk ke arah atas dan tulang dada kea rah luar. Pada saat yang bersamaan, rongga dada membesar ketika diafragma berkontraksi dan turun seperti sebuah piston. Semua perubahan tersebut meningkatkan volume paru-paru, dan sebagai akibatnya, tekanan udara di dalam alveoli menjadi lebih rendah dibandingkan dengan tekanan atmosfer. Karena udara selalu mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah, maka udara mengalir melalui lubang hidung dan turun masuk ke pipa pernapasan hingga ke alveoli. Selama ekshalasi, otot tulang rusuk dan diafragma berelaksasi, volume paru-paru berkurang, dan peningkatan tekanan udara di dalam alveoli memaksa udara naik ke pipa pernapasan dan keluar melalui lubang hidung. (Campbell, 2004: 63-64)
Kontraksi otot tulang rusuk dan diafragma bertanggung jawab atas peningkatan volume paru-paru selama pernapasan dangkal, ketika berada dalam keadaan istirahat. Selama aktivitas fisik berat, otot lain pada leher, punggung, dan dada selanjutnya meningkatkan volume paru-paru dengan cara menaikkan peregangan sangkar tulang rusuk lebih jauh lagi. (Campbell, 2004: 64)
Volume udara yang dihirup dan dikeluarkan setiap kali pernapasan normal disebut sebagai volume tidal. Volume tidal rata-rata pada manusia sebesar kurang lebih 500 mL. Volume udara maksimum yang dapat dihirup dan dikeluarkan selama pernapasan yang dipaksa disebut kapasitas vital, yang rata-rata sebesar kurang lebih 3400 mL dan 4800 mL, secara berturut-turut untuk wanita dan laki-laki seusia mahasiswa perguruan tinggi. Kapasitas vital bergantung pada banyak faktor, salah satunya kelenturan paru-paru. Paru-paru sebenarnya dapat menampung lebih banyak udara dibandingkan dengan kapasitas vitalnya, tetapi karena tidak mungkin untuk mengempiskan alveoli sepenuhnya, maka masih terdapat udara volume sisa dalam paru-paru sekalipun kita telah memaksa mengeluarkan sebanyak mungkin udara yang dapat kita keluarkan. Ketika paru-pari kehilangan kelenturannya karena penuaan atau penyakit (seperti emfisema), volume sisa meningkat dengan berkurangnya kapasitas vital. (Campbell, 2004: 64)
Demikian posting blog biologi hari ini mengenai mekanisme pernapasan, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Tag :
sistem eksresi
0 Komentar untuk " Mekanisme Pernapasan"